Sabtu, 15 April 2017

Hari santri: Akhlak mahmudah dapat dicapai di pesantren

Tags

Akhlak
Akhlak
Akhlak mahmudah merupakan hal yang terpenting di pesantren. adalah sebuah keniscayaan jika pesantren harus menerapkan akhlak mahmudah
Terkadang inti darisosialisasi dibangunnya sebuah pesantren ialah mengajak untuk berbuat kebajikan melalui media ibadah kepada Ilahi dan menjadikan Ibadillah as-Shalihin.
Pesantren bukanlah analisasi umum yang berpadu dengan kerusakan dunia yang semakin menjadi-jadi. Dewasa ini, kita bisa melihat kerusakan di kanan kiri dengan mudah, bukan hanya sekadar isu dan ucapan belaka. Mungkin pernah terlintas di benak kita bahwa pesantren adalah organisasi yang terkordinir dan cenderung pada akhirat yang kekal.
Dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh az-Zarnuji, terdapat penjelasan bahwa Rasulullah Saw pernah menyampaikan suatu hal penting tentang pentingnya mencari ilmu, yang artinnya: “Mencari ilmu fardlu ‘ain bagi setiap Muslim dan Muslimah”. Meninjau dari ulasan di atas, kita bisa mengangan jalan yang mana yang akan kita tempuh untuk mencari ilmu? Menurut hemat penulis, tidak ada lagi selain menimba ilmu di pesantren, sebab di pesantren kita akan diajak untuk terus mendalami dan meningkatkan nilai-nilai spritualitas kepada Allah Swt, guna mewujudkan insan yang agamis, dan inilah yang disebut Santri, seperti dawuh KH. Hasani Nawawie, “Santri adalah orang yang berpegang teguh pada al-Quran dan mengikuti Sunah Rasulullah saw, serta tidak tolah-toleh kanan dan kiri di setiap waktu”. Maksud dari tolah-toleh kanan dan kiri adalah tidak usah mengikuti situasi di kanan dan kiri, seperti di era serba modern ini, banyak hal-hal baru yang belum tentu berdampak baik, di antaranya “Om Telolet Om” yang semakin menyebar luas dan merajalela, baik di dunia maya atau pun di sekitar lingkungan.
Sejatinya, pengertian santri yang ditampilkan oleh KH. Hasani Nawawie ini tidak bisa ubah dan diganti selamanya, sebab prinsip yang tertanam di dalam pengertian santri sangat penting untuk kita pakai dalam menjalani kehidupan ini. Menurut Gus Mus, “Santri itu bukan yang mondok saja, tapi siapa pun yang berakhlak baik dan tawaduk kepada orang alim maka kalian adalah santri”. Dari perkataan ini kita bisa tarik kesimpulan ketika berda di pesantren dan belum mencohtohkan akhlak santri yang sebenarnya, maka kita belum dikatakan santri hakiki.
Hal di atas seharusnya dilakukan dan diterapkan di keseharian kita, karena ada suatu riwayat menyebutkan bahwa orang yang paling rugi di antara kamu adalah orang yang semakin hari semakin buruk prilakunya dan orang yang paling baik dan beruntung adalah orang yang semakin hari semakin baik. Semoga kita semua bisa berintropeksi diri untuk bangkit menjadi insan yang berarti. Amin

@Qusyairi_Takiya, 14350676  


EmoticonEmoticon