Akhlak |
Terkadang
inti darisosialisasi dibangunnya sebuah pesantren ialah mengajak untuk berbuat
kebajikan melalui media ibadah kepada Ilahi dan menjadikan Ibadillah
as-Shalihin.
Pesantren
bukanlah analisasi umum yang berpadu dengan kerusakan dunia yang semakin
menjadi-jadi. Dewasa ini, kita bisa
melihat kerusakan di kanan kiri dengan mudah, bukan hanya sekadar isu dan ucapan belaka. Mungkin pernah
terlintas di benak kita bahwa pesantren adalah organisasi
yang terkordinir dan cenderung pada akhirat yang kekal.
Dalam
kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh az-Zarnuji, terdapat penjelasan bahwa Rasulullah Saw
pernah menyampaikan suatu hal penting tentang pentingnya mencari ilmu, yang
artinnya: “Mencari ilmu fardlu ‘ain
bagi setiap Muslim dan Muslimah”. Meninjau dari ulasan di atas, kita bisa
mengangan jalan yang mana yang akan kita tempuh untuk mencari ilmu? Menurut hemat
penulis, tidak ada lagi selain menimba ilmu di
pesantren, sebab di pesantren kita akan diajak untuk terus mendalami dan
meningkatkan nilai-nilai spritualitas kepada Allah Swt, guna mewujudkan insan yang
agamis, dan inilah yang disebut Santri, seperti dawuh KH. Hasani Nawawie, “Santri adalah orang yang berpegang teguh
pada al-Quran dan mengikuti Sunah Rasulullah saw, serta tidak tolah-toleh kanan
dan kiri di setiap waktu”. Maksud dari tolah-toleh kanan dan kiri adalah tidak
usah mengikuti situasi di kanan dan kiri, seperti di era serba modern ini,
banyak hal-hal baru yang belum tentu berdampak baik, di antaranya “Om Telolet Om” yang semakin
menyebar luas dan merajalela, baik di
dunia maya atau pun di sekitar lingkungan.
Sejatinya, pengertian santri yang ditampilkan oleh KH. Hasani Nawawie
ini tidak bisa ubah dan diganti selamanya, sebab prinsip yang tertanam di dalam
pengertian santri sangat penting untuk kita pakai dalam
menjalani kehidupan ini. Menurut Gus Mus,
“Santri itu bukan yang mondok saja, tapi
siapa pun yang berakhlak baik dan tawaduk kepada
orang alim maka kalian adalah santri”. Dari perkataan ini kita bisa tarik
kesimpulan ketika berda di pesantren dan belum mencohtohkan akhlak santri yang
sebenarnya, maka kita belum dikatakan santri
hakiki.
Hal
di atas seharusnya dilakukan dan diterapkan di keseharian kita, karena ada suatu riwayat menyebutkan bahwa
orang yang paling rugi di antara kamu adalah orang yang semakin hari semakin
buruk prilakunya dan orang yang paling baik dan beruntung adalah orang yang
semakin hari semakin baik. Semoga kita semua bisa berintropeksi diri untuk
bangkit menjadi insan yang berarti. Amin
@Qusyairi_Takiya, 14350676
EmoticonEmoticon