Tidak dapat dipungkiri punya istri yang cantik nan indah serta
rupawan adalah hal yang didambakan oleh kaum Adam, apalagi punya istri tiga
atau lebih dengan mempunyai kecantikan yang sama-sama tak tertandingi keindahannya.
Sungguh manisnya hidup bila menikmatinya.
Bagi ulama salafus-shalih, istri tiga dengan wajah yang
sungguh tak tertandingi bukanlah hal yang begitu memikat baginya, tak jarang
dari mereka lebih memilih untuk sesuatu yang lebih penting baginya, yaitu ilmu untuk mendapatkan
ilmu, salah satunya dengan membaca. Oleh karena itu tak salah jika para ulama
terdahulu sudah mumpuni dalam menulis atau mengarang kitab disebabkan dengan
banyaknya membaca.
Al-Khatib dalam bukunya al-Jamili Akhlaq ar-Rawi wa as-Samawi,
mencantumkan satu riwayat Zubair bin Abu Bakar berkata, “Keponakanku telah
berkata pada kami; pamanku adalah lelaki yang baik pada keluarganya, tidak
mempermadukan istrinya, tidak pula membeli budak perempuan (untuk dinikahi)
namun istrinya pernah mengeluh; sungguh buku-buku ini lebih berat bagiku dari
pada tiga wanita yang dijadikan madu bagiku.” Lihatlah beliau, Zubair bin Abu
Bakar seseorang ulama yang sangat baik terhadap keluarganya, sehingga tidak
mempermadukan istrinya, tetapi dalam kebaikannya, si istrinya masih mengeluh
saja dengan lebih berharap dimadu daripada dianggap angin berlalu baginya
dengan terus-menerus membaca dan membaca kitab.
Masih banyak ulama-ulama
yang hobi membaca lalu menulis dengan hasil tersebut terbuatlah sebuah karya momumental
yang tak mati-mati ketenarannya dari masa ke masa.
Katakanlah, Imam Nawawi, beliau sangat hobi dengan membaca dan
menulis, tidak heran dari kesenangannya membaca beliau berstatus jomblo hingga wafat, perfecto. Dari hasil jerih payahnya terciptalah kitab
yang sangat populer yaitu kitab Majmu’, sebuah kitab yang menerangkan beberapa
hukum fikih, dari zaman dulu hingga zaman melinium yang super canggih seperti
sekarang ini. Kitab tersebut tetap eksis berada di urutan pertama kitab yang
paling banyak digunakan referensi dalam forum musyawaroh.
Tidak heran, jika membaca dan menulis dilakukan dengan sangat
tekun, maka kita seperti beliau. Yang tidak suka nafsu birahi dengan mengubahnya
pada membaca dan menulis, sampai muncul sebuah perkataan; jangan bermimpi
menjadi penulis handal, kalau tidak handal dalam membaca. Selamat membaca.
EmoticonEmoticon